TEKS KHITOBAH
Bissmillahhirohmanirokhim...
Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarokatuh...
Hamdan wa syukron lillah, wa sholatu wa salamu ‘ala
rasulillah, Amma Ba’du.
Dewan juri yang saya hormati serta teman-teman yang
saya sayangi, perkenankan saya menyampaikan
pidato dengan tema Mensyukuri
Nikmat Allah.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah....
Saya ingin bertanya, mohon teman-teman jawab ya.....
Siapa yang
menciptakan bumi dan seisinya?
Siapa yang
menghidupkan bumi dan seisinya?
Siapa yang
memberi rizki bumi dan seisinya?
Yang
menghidupkan dan mematikan bumi dan seisinya....
Teman-teman, yakinlah, seluruh
nikmat yang kita rasakan ini hakikatnya berasal dari Allah swt. Keyakinan ini
adalah awal dari rasa syukur kita kepada Allah. Bapak ibu bekerja dapat uang,
maka nikmat uang itu bukan karena pekerjaan kita tapi karena Allah, dan
bekerjanya adalah amal sholeh. Kita belajar dapat ilmu, maka ilmu hakikatnya
dari Allah dan menuntut ilmu merupakan amal sholeh.
Teman-teman tahu apa artinya syukur?
Syukur adalah berterimakasih dan memuji si pemberi nikmat yaitu Allah swt baik
secara langsung maupun tidak langsung atas karunia dan kebaikan dari Allah.
Setelah kita yakin bahwa semua dari
Allah, maka ucapkanlah rasa syukur itu dengan alhamdulillah... tiap kita
melihat alam dan gunung yang menjulang tinggi, kita ucapkan alhamdulillah. Tiap
bercermin, alhamdulillah ternyata kita masih ganteng tidak sama dengan yang di
kebun binatang. Tiap selesai makan, alhamdulillah, kita masih diberi rizki.
Tiap bangun tidur, alhamdulillah, kita masih bisa bangun. Semuanya
Alhamdulillah. Jika kita bersyukur pasti Allah akan menambah rezeki kita. Ini
janji Allah dalam Surat Ibrahim ayat 7 yang berbunyi :
- لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Lainsyakartum la aziidannakum walainkafartum inna
‘adzabii lasyadiida.
“If you give thank (by accepting Faith and whorsipping
none but Allah) I will give you more (of my blessings), but if you are
thankless (disbeliever) verily! My punishment is indeed severe.”
“Sungguh bila kamu bersyukur atas nikmatKu akan Aku
tambah nikmatKu kepadamu, namun apabila kamu mengingkari nikmatKu, sesungguhnya
adzabKu sangat pedih.”
Untuk bisa bersyukur kita harus
peka. Peka atas apa? Lihat dan rasakan apa yang ada di diri kita dan sekitar
kita. Kita punya mata, sehat bisa melihat. Maukah teman-teman jual mata itu? 1
milyar? 2 milyar? Saya kira lebih baik bisa melihat daripada kaya tapi buta...
betuuul? Kita punya telinga, sehat bisa mendengar. Teman-teman saya beli telinganya
500juta mau? Pasti menolak, kita lebih senang mendengar. Karena dengan
mendengar, kita bisa tahu suara ayah yang berwibawa, suara ibu yang merdu,
lembutnya alunan ayat Al Quran, dan sebagainya. Dan itu, lebih mahal dari uang
jutaan rupiah!
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah....
Ada tiga
cara yang dapat kita lakukan untuk mensyukuri nikmat Allah swt, yakni:
1.
Syukur bil qalbi, menyukuri dengan hati. Mengakui,
mengimani, dan meyakini bahwa segala bentuk kenikmatan datangnya dari Allah
swt;
2.
Syukur bil lisan, menyukuri dengan lisan. Perbanyaklah
mengucap alhamdulillah (segala puji milik Allah) wasyukurillah (segala sykur
milik Allah);
3.
Syukur bil arkan, mensyukuri dengan perbuatan. Yaitu
dengan menunaikan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.
Syukur dengan hati, lisan, dan
perbuatan in hendaklah tercermin dalam akhlak kita. Contoh cerminan sikap
mensyukuri nikmat Allah adalah kisah nabi Sulaiman. Ingatkah teman-teman apa
yang dikatakan Nabi Sulaiman saat ia mendapati singgasana Bilqis telah ada di
sampingnya dalam sekejap mata? Ia berseru “ini adalah anugerah Allah. Dia
bermaksud mengujiku, adakah aku bersyukur ataukah aku kufur.”
Atau kisah Raja Dzulkarnain yang
memiliki prestasi spektakuler membangun benteng untuk menghalau serbuan Ya’juj
Ma’juj, ia berkata, “Ini adalah rahmat dari Tuhanku”.
Sikap sebaliknya ditunjukkan oleh
Qarun. Ketika kaumnya bertanya tentang sukses bisnisnya, dengan penuh ujub,
sombong, dan takabbur ia berkata, “semua ini aku dapatkan semata-mata karena
ilmuku, kepintaranku, kepiawanku”. Karena itulah ia diazab Allah. Na’udzubillah.
Kita harus bersyukur kepada siapapun
yang telah berjasa dan menjadi perantara atas datangnya nikmat Allah. Secara tegas Nabi Muhammad SAW
bersabda :
Man lam yasykurunnas lam yasykurullah
“Barangsiapa yang tak mau bersyukur dan tak mau
berterima kasih kepada sesama manusia, berarti ia tidak bersyukur kepada Allah”
Perkawis menika dados tuladha, hamba
Allah menika kedah gadhah raos syukur dhumateng ngarsanipun Gusti Allah Ingkang
Maha Agung.
Oleh karena itu, kita selaku hamba
Allah yang begitu banyak mendapatkan fasilitas nikmat ini wajib bersyukur atas
anugerahnya.Bahkan rasulullah pun tak henti-hentinya selalu berdoa dan berusaha
untuk menjadi hamba yang selalu bersyukur.
Allahumma a’ini ‘alaa dzikrika wasyukrika wakhusnii
‘ibaadatika
“Ya Allah, tolonglah aku agar selalu mengingatMu,
bersyukur kepadaMu, serta memperbaiki ibadahku...” aamiin...
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah....
Demikian
pidato yang saya sampaikan, jazakumullah khoiron katsir atas perhatiannya. Kalau
kita bermain galah, keselamatan jangan dilupakan, kalau ada kata yang salah,
saya mohon dimaafkan.
Bilahi taufiq wal hidayah Wa
ridho wal inayah sumasalamu’alaikum Wr. Wb
Naskah ini pernah ditampilkan dalam LMAPSI Tingkat Kecamatan Majenang dan Kabupaten Cilacap Tahun 2015