Selasa, 17 Januari 2017

TEORI PERKEMBANGAN VYGOTSKY



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
           Perkembangan manusia tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya, yang merupakan suatu proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran yang melibatkan pembelajaran dengan menggunakan temuan-temuan masyarakat. Perkembangan kognitif sosial anak merupakan hal penting untuk diperhatikan, karena merupakan kawasan yang membutuhkan pemrosesan yang sangat serius dalam membentuk karakter dalam rangka meningkatkan potensi ingatan dan penalaran yang lebih baik. Untuk memaksimalkan perkembangan, seharusnya anak bekerja dengan teman yang lebih terampil (lebih dewasa) yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks.
Demikian pula dengan tujuan belajar yang paling utama adalah apa yang dipelajari itu berguna dikemudian hari, yakni membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Hal ini dikenal sebagai transfer belajar. Apa yang kita pelajari dalam situasi tertentu memungkinkan kita untuk memahami hal-hal lain. Transfer inilah yang menjadi inti dalam proses belajar. Sementara itu, tujuan pelajaran bukan hanya penguasaan prinsip-prinsip yang fundamental, melainkan juga mengembangkan sikap yang positif terhadap belajar, penelitian, penemuan, serta pemecahan masalah atas kemampuan sendiri. Menyajikan konsep-konsep yang fundamental saja tidak dengan sendirinya menimbulkan sikap demikian. Masih perlu penelitian dalam soal ini. Namun dianggap proses menemukan sendiri akan menimbulkan sikap demikian.
Untuk itu penulis akan mengemukakan salah satu teori perkembangan oleh Vygotsky yang sekiranya mampu mengatasi permasalahan dalam belajar dan pembelajaran.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana teori perkembangan menurut Vygotsky?
2.      Bagaimana perkembangan berlangsung?
3.      Bagaimana konsep inner speech?
4.      Bagaimana konsep zone of proximal development?
5.      Bagaimana konsep scaffolding?
6.      Bagaimana konsep cooperative learning?
7.      Bagaimana penerapan teori Vygotsky dalam pembelajaran?
8.      Bagaimana aplikasi teori Vygotsky di ruang kelas?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui teori perkembangan menurut vygotsky
2.      Untuk menjelaskan bagaimana perkembangan berlangsung
3.      Untuk menjelaskan konsep inner speech
4.      Untuk menjelaskan konsep zone of proximal development
5.      Untuk menjelaskan konsep scaffolding
6.      Untuk menjelaskan konsep cooperative learning
7.      Untuk menjelaskan penerapan teori vygotsky dalam pembelajaran
8.      Untuk menjelaskan aplikasi teori vygotsky di ruang kelas


BAB II 
ISI

Nama lengkapnya adalah Lev Semyonovich Vygotsky. Ia dari keturunan Yahudi dan dilahirkan di salah satu kota Tsarist Russia  pada tanggal  17 November 1896. Sebelum tertarik pada psikologi, ia lebih menyukai dunia sastra. Memasuki usia 18 tahun, dia menulis suatu ulasan tentang Shakespeare’s Hamlet yang kemudian dimasukkan dalam satu dari berbagai tulisannya mengenai psikologi. Dia memasuki sekolah kedokteran di Universitas Moscow dan dalam waktu yang tidak lama kemudian dia pindah ke sekolah hukum sambil mengambil studi kesusasteraan pada salah satu universitas swasta. Dia menjadi tertarik pada psikologi pada umur 28 tahun.
Awalnya ia menjadi guru sastra disebuah sekolah, namun pihak sekolah juga memintanya untuk mengajarkan psikolog. Padahal, ia sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan formal difakultas psikologi sebelumnya. Namun, inilah sekenario yang membuatnya menjadi tertarik untuk menekuni psikologi, hingga akhirnya ia melanjutkan kuliah program studi psikologi Moscow institute of Psychology pada tahun 1925. Judul disertasinya mengenai “Psychology Of Art”. Vygotsky bekerja kolaboratif bersama Alexander Luria and Alexei Leontiev dalam membuat dan menyusun proposal penelitian yang sekarang ini dikenal dengan pendekatan Vygotsky. Selama hidupnya Vygotsky mendapat tekanan yang begitu besar dari pemegang kekuasaan dan para penganut idelogi politik di Rusia untuk mengadaptasi dan mengembangkan teorinya.
Perkembangan pemikirannya baru meluas setelah ia wafat pada tahun 1934, dikarenakan menderita penyakit TBC.Kepeloporannya dalam meletakkan dasar tentang psikologi perkembangan telah banyak mempengaruhi sekolah pendidikan di Rusia yang kemudian teorinya berkembang dan dikenal luas di seluruh dunia hingga saat ini.

A.    Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky
Sumbangan psikologi kognitif berakar dari teori-teori yang menjelaskan bagaimana otak bekerja dan bagaimana individu memperoleh dan memproses informasi. Menurut Vygotsky, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seorang sejalan dengan teori sociogenesis. Dimensi kesadaran sosial bersifat primer, sedangkan dimensi individualnya bersifat derivative atau merupakan turunan dan bersifat skunder. Artinya, pengetahuan dan pengembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber social di luar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Maka teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan konstruktivisme. Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh lingkungan sosial yang aktif pula(Susanto, 2014).
Dalam semua literatus yang mengupas tetang teori perkembangan kognitif vygotsky kerap memakjubkan pesan vygotsky yang bernada: “untuk membantu8 anak membangkan pengetahuan yang sungguh-sungguh bermakna adalah dengan cara memadukan antar konsep-konsep dan prosedur mulalui demonstrasi.Pada dasarnya teori-teori Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama: (1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka telah ketahui; (2) bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual; (3) peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa.
Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan empat prinsip seperti yang dikutip oleh (Slavin, 2006) yaitu:
1.      Pembelajaran sosial (social leaning).
2.      ZPD (zone of proximal development).
3.      Masa Magang Kognitif (cognitif apprenticeship).
4.      Pembelajaran Termediasi (mediated learning) melalui scaffolding

B.     Bagaimana Perkembangan Berlangsung?
Menurut Vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua tataran, yaitu tataran sosial tempat orang-orang membentuk lingkungan sosialnya (intermental), dan tataran psikologis di dalam diri orang yang bersangkutan (intramental). Pandangan teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang. Dikatakan bahwa fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi dalam diri seseorang akan muncul dan berasal dari kehidupan sosialnya. Sementara itu fungsi intramental dipandang sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penugasan dan internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut.
Teori Belajar Vygotsky Teori Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut. Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi ini dianggap sebagai ”alat kebudayaan” tempat individu hidup dan alat-alat itu berasal dari budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak-anak oleh anggota-anggota kebudayaan yang lebih tua selama pengalaman pembelajaran yang dipandu. Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Karena itulah berpikir setiap anak dengan cara yang sama dengan anggota lain dalam kebudayaannya.
Menurut vygotsky (Slavin, 2006), keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat, keterampilan-keterampilan dan hubungan-hubungan interpersonal kognitif dipancarkan melalui interaksi langsung dengan manusia. Melalui pengorganisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di dalam suatu latar belakang kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi matang. Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain. Vygotsky mencari pengertian bagaimana anak-anak berkembang dengan melalui proses belajar, dimana fungsi-fungsi kognitif belum matang, tetapi masih dalam proses pematangan.

C.     Konsep Inner Speech/ Private speech  (bergumam)
Berguman adalah berbicara dengan diri sendiri atau berbicara dalam hati untuk tujuan membimbing dan mengarahkan diri sendiri. Menurut Vygotsky private speech dapat memperkuat interaksi sosial anak dengan orang lain. Private speech dapat dilihat pada seorang anak yang dihadapkan pada suatu masalah dalam sebuah ruangan di mana terdapat orang lain, biasanya orang dewasa. Anak kelihatannya berbicara pada dirinya sendiri mengenai masalah tertentu, tetapi pembicaraanya diarahkan pada orang dewasa. Private speech kemudian dihalangi, tertangkap dan ditransformasikan ke dalam proses berfikir (Baharudin dan Wahyuni,2015).

D.    Konsep Zone of Proximal Development

Menurut Vygotsky, perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan ke dalam dua tingkat, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri. Ini disebut sebagai kemampuan intramental. Sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika di bawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten. Ini disebut kemampuan intermental. Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial ini disebut zona perkembangan proksimal.
Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada pada proses pematangan. Perkembangan ini akan menjadi matang melalui interaksinya dengan orang dewasa atau kolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten. Zona perkembangan proksimal dipandang sebagai perancah atau batu loncatan untuk mencapai taraf perkembangan yang semakin tinggi.
Gagasan Vygotsky tentang  zona perkembangan proksimal ini mendasari perkembangan teori belajar dan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas dan mengoptimalkan perkembangan kognitif anak. Beberapa konsep kunci yangperlu dicatat adalah bahwa perkembangan dan belajar bersifat interdependen atau saling terkait, perkembangan kemampuan seseorang bersifat tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial, dan sebagai bentuk fundamental dalam belajar adalah partisipasi dalam kegiatan sosial.
Berpijak pada konsep zona perkembangan proksimal, maka sebelum kemampuan intramental terbentuk anak perlu dibantu dalam proses belajarnya. Orang dewasa dan/atau teman sebaya yang lebih kompeten perlu membantu dengan berbagai cara seperti memberikan contoh, feedback, menarik kesimpulan dan sebagainya dalam rangka perkembangan kemampuannya. Jadi, pada saat siswa bekerja dalam daerah perkembangan terdekat (ZPD)  mereka, tugas-tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri, akan dapat mereka selesaikan dengan bantuan teman sebaya  atau orang dewasa. Pembelajaran di sekolah hendaknya bekerja dalam daerah ini, menarik kemampuan-kemampuan  anak  dengan maksud mendorong pertumbuhan seefektifnya(Ghufron dan Risnawita, 2014)

E.     Konsep Scaffolding
Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di sekolah sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan, siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Teori Vygotsky yang lain adalah “Scaffolding“.Vygotsky menekankan bahwa pemagangan kognitif  mengacu pada proses di mana seseorang yang sedang belajar tahap demi tahap memperoleh keahlian melalui interaksinya dengan pakar Scaffolding merupakan suatu istilah pada proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak menuju Zone of proximal developmentnya (Subanji, 2013).
Scaffolding adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap - tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.(Slavin, 2006).

F.      Konsep Cooperative Learning
Vygotsky menekankan pentingnya peranan lingkungan kebudayaan dan interaksi sosial dalam perkembangan sifat-sifat dan tipe-tipe manusia. Siswa sebaiknya belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Interaksi sosial ini memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Menurut Vygotsky  fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konteks budaya. Pengetahuan dan pengertian dikonstruksi bila seorang terlibat secara sosial dalam dialog. Pembentukan makna adalah dialog antar pribadi dalam hal ini pebelajar tidak hanya memerlukan akses pengalaman fisik tetapi juga interaksi dengan pengalaman yang dimiliki oleh individu lain. Prinsip ini melahirkan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning).
Pembelajaran Kooperatif adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 2006).

G.    Penerapan Teori Vygotsky dalam Pembelajaran
Pada setiap perencanaan dan implementasi pembelajaran perhatian guru harus dipusatkan kepada kelompok anak yang tidak dapat memecahkan masalah belajar sendiri. Yaitu mereka yang hanya dapat solve problem with help. Guru perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan (helps) yang dapat memfasilitasi anak agar mereka dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Bantuan-bantuan tersebut dapat dalam bentuk pemberian contoh-contoh, petunjuk atau pedoman mengerjakan, bagan/alur, langkah-langkah, atau prosedur melakukan tugas, pemberian balikan, dan sebagainya. Bimbingan atau bantuan dari orang dewasa atau teman yang lebih kompeten sangat efektif untuk meningkatkan produktifitas belajar. Bantuan-bantuan tersebut tentunya harus sesuai dengan  konteks sosio-kultural atau karakteristik anak.
Kelompok anak yang cannot solve problem meskipun telah diberikan berbagai bantuan, perlu diturunkan ke kelompok yang lebih rendah kesiapan belajarnya sehingga setelah diturunkan, mereka juga berada pada zone of proximal development nya sendiri, dan oleh karena itu mereka siap memanfaatkan bantuan yang disediakan. Sedangkan kelompok yang telah mampu menyelsaikan masalah secara mandiri harus ditingkatkan tuntutannya, sehingga tidak perlu membuang-buang waktu dengan tagihan belajar yang sama bagi kelompok anak yang ada dibawahnya.
Penerapan teori belajar Vygotsky dalam interaksi belajar mengajar mungkin dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.      Walaupun anak tetap dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus secara aktif mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoritis, ini berarti anak-anak bekerja dalam Zone of proximal developmnet dan guru menyediakan scaffolding bagi anak selama melalui ZPD.
2.      Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak, kerja kelompok secara kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan anak.
3.      Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh teman sebaya (peer tutoring), yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak tertinggal dalam pelajaran. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya melewati ZPD karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga bisa dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang sesuai

H.    Aplikasi Teori Vygotsky di Ruang Kelas
Berdasarkan teori Vygotsky yang telah dikemukakan di atas maka pembelajaran dapat dirancang/didesain dalam model pembelajaran konstruktivis di kelas sebagai berikut:
1.      Identifikasi prior knowledge dan miskonsepsi yang  dilakukan dengan tes awal (pre test)
2.      Penyusunan program pembelajaran dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
3.      Orientasi dan elicitasi
Siswa dituntun agar mereka mau mengemukakan gagasan intuitifnya sebanyak mungkin tentanggejala-gejala fisika yang mereka amati dalam lingkungan hidupnya seharihari. Pengungkapan gagasan tersebut dapat memalui diskusi, menulis, ilustrasi gambar dan sebagainya. Suasana pembelajaran dibuat santai dan tidak menakutkan agar siswa tidak khawatir dicemooh dan ditertawakan bila gagasan-gagasannya salah. Guru harus menahan diri untuk tidak menghakiminya. Kebenaran akan gagasan siswa akan terjawab dan terungkap dengan sendirinya melalui penalarannya dalam tahap konflik kognitif.
4.      Refleksi
Dalam tahap ini, berbagai macam gagasan-gagasan yang bersifat miskonsepsi yang muncul pada tahap orientasi dan elicitasi direflesikan dengan miskonsepsi yang telah dijaring pada tahap awal.
5.      Restrukturisasi ide, berupa:
a.       tantangan, siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan tentang gejala-gejala yang kemudian dapat diperagakan atau diselidiki dalam praktikum. Mereka diminta untuk meramalkan hasil percobaan dan memberikan alasan untuk mendukung ramalannya itu.
b.      konflik kognitif dan diskusi kelas. Siswa didorong untuk menguji keyakinan dengan melakukan percobaan. Kemudian mereka didorong untuk memikirkan penjelasan paling sederhana yang dapat menerangkan sebanyak mungkin gejala yang telah mereka lihat. Usaha untuk mencari penjelasan ini dilakukan dengan proses konfrontasi melalui diskusi dengan teman atau guru yang pada kapasistasnya sebagai fasilitator dan mediator.
c.       membangun ulang kerangka konseptual. Siswa dituntun untuk menemukan sendiri bahwa konsep-konsep yang baru itu memiliki konsistensi internal serta menunjukkan bahwa konsep ilmiah yang baru itu memiliki keunggulan dari gagasan yang lama.
6.      Aplikasi. Menyakinkan siswa akan manfaat untuk beralih konsepsi dari miskonsepsi menuju konsepsi ilmiah. Menganjurkan mereka untuk menerapkan konsep ilmiahnya tersebut dalam berbagai macam situasi untuk memecahkan masalah yang instruktif dan kemudia menguji penyelesaian secara empiris.
7.      Review dilakukan untuk meninjau keberhasilan strategi pembelajaran yang telah berlangsung dalam upaya mereduksi miskonsepsi yang muncul pada awal pembelajaran. Revisi terhadap strategi pembelajaran dilakukan bila miskonsepsi yang muncul kembali bersifat sangar resisten. Hal ini penting dilakukan agar miskonsepsi yang resisten tersebut tidak selamanya menghinggapi struktur kognitif, yang pada akhirnya akan bermuara pada kesulitan belajar dan rendahnya prestasi siswa bersangkutan.
Untuk membantunya mencapai kemandirian. Siswa diberi  masalah  yang kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah siswa. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Vygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam upayanya memecahkan permasalahan, yaitu:
  1. Siswa mencapai keberhasilan dengan baik.
  2. Siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan.
  3. Siswa gagal meraih keberhasilan.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Teori belajar Vygotsky memberi penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar dalam zone of proximal development. Zone of proximal developmnet merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
2.      Teori Vygotsky merupakan teori yang lebih mengacu pada kontruktivisme. Karena ia lebih menekan pada hakikat pembelajaran sosiokultural.
konsep teori perkembangan kognitif vygotsky berikut terdapat pada tiga hal:
a) hukum genetic tentang perkembangan (genetic law of development)
b) zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)
c) mediasi
3.      Teori Vigotsky dalam kegiatan pembelajaran juga dikenal apa yang dikatakan scaffolding yaitu memberikan sejumlah besar dukungan kepada anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan kepada anak itu untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu melakukannya sendiri
4.      Bentuk penerapan teori belajar Vygotsky adalah melalui metode pembelajaran kooperatif dan metode pembelajaran tutor sebaya.

B.     Saran
Berdasarkan teori Vygotsky di atas, maka sebagai rekomendasi bagi pengajar atau pendidik adalah sebagai berikut:
1.      anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proksimalnya atau patensinya melalui belajar dan berkembang.
2.      Pembelajaran perlu dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya dari pada tingkat perkembangan aktualnya.
3.      Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya dari pada kemampuan intramentalnya.
4.      Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintregrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan procedural yang dapata digunakan untuk melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah.
5.      Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi lebih merupakan kkonstruksi, yaitu suatu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara brsama-sama antar semua pihak yang terlibat di dalamnya.



DAFTAR RUJUKAN


Baharudin, dan Wahyuni, Esa, Nur. Teori Belajar dan Pembelajaran. 2015. Yogyakarta: Ar Ruz Media.
Ghufron, M. Nur, dan Risnawita, Rini. Gaya Belajar Kajian Teoretik. 2014. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Slavin, Robert E. Educational Phsycology  : Theory And Practice Eight Edition. 2006. United States of America : Pearson.
Subanji. Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif. 2013. Malang: UM Press.
Susanto, Ahmad. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. 2014. Jakarta : Prenadamedia Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar