Selasa, 17 Januari 2017

KONTEKS LITERASI PIRLS DALAM TEKS SASTRA (CERITA RAKYAT)



Legenda Bunga Wijaya Kusuma
(Cerita Rakyat Kabupaten Cilacap)

Pada zaman dahulu, ada bunga  ajaib yang tidak pernah layu. Konon, penyakit apa saja bisa sembuh dengan bunga itu. Bahkan, orang mati pun bisa hidup lagi berkat bunga langka itu. Bunga itu berasal dari benang sari Bunga Wijaya Kusuma milik dewa yang jatuh lalu tumbuh di bumi. Bunga dewa  ini diburu orang untuk dijadikan jimat untuk hidup abadi.
Seorang raja dari Tanah Jawa  mimpi menemukan bunga itu sedang tumbuh subur di salah satu  pulau karang laut Selatan. Ia yakin bunga itu bisa membuatnya hidup lebih lama. Pagi harinya, raja memanggil salah satu orang kepercayaannya. Ia diperintahkan memetik bunga itu. Meski tahu bunga itu hanya bisa dipetik saat cuaca cerah dan laut tenang, ia takut  membantah raja. Akhirnya ia pergi menjalankan misi ke Laut Selatan. Ia pergi dengan bayang-bayang  rasa waswas dan takut. Ada kabar, siapa pun yang melanggar pantangan akan mendapat malapetaka.
Sesampainya di pantai, mereka semakin takut. Hari gelap dan ombak sangat tinggi. Pulau karang yang ada di tengah laut  kadang tampak dan kadang lenyap. Di tengah rasa bingung itu, mereka melihat seorang nelayan duduk merenung sambil memandang ke arah  laut.  Mereka menghampiri untuk mencari tahu. Ternyata nelayan itu  sedang sedih tidak dapat pergi ke laut sebab tidak punya perahu. Patih menawarkan akan memberikan apapun yang dia minta dengan syarat bisa mengambil bunga yang diinginkan raja. Meski tahu pekerjaan ini sangat berbahaya, demi imbalan yang akan diterima  ia memutuskan pergi dengan meminjam perahu layar milik saudaranya.
Saat tiba di pulau karang, ia cepat-cepat naik ke tebing tinggi untuk  bisa memetik bunga langka dari pohon yang tingginya kira-kira 1 m itu. Namun, tiba-tiba muncul sosok-sosok menakutkan di sekelilingnya. Mereka  ingin merebut bunga itu. Ia lari menjauhi makhluk aneh itu ke arah perahunya. Namun, ia terkejut.  Perahunya sudah pecah dihantam ombak dan batu karang. Ia  takut. Nasibnya bagai telur diujung tanduk. Ia bisa saja mati ditelan ganasnya ombak atau dibunuh oleh makhluk aneh pulau karang.
Makhluk seram yang mengejarnya makin dekat. Ia putus asa. Dengan berteriak minta perlindungan dewa, dari atas batu kaag setinggi 8 meter,  ia  menceburkan diri ke dalam ombak yang bergulung-gulung. Tubuhnya  terombang-ambing  di dalam ombak.  Ia  jatuh ke dalam air hingga tubuhnya terbentur terumbu  karang. Ia ingat pernah menyelam di tempat itu. Untuk mencapai permukaan, ia harus menyelam naik sejauh 5 meter. Ia raih sebuah papan. Dengan susah payah  ia berenang ke tepi pantai. Ia sampai  dalam keadaan yang hampir mati.
Utusan raja dengan cepat  mengambil bunga yang ia bawa tapi langsung pergi meninggalkannya. Ia tidak bertanggung jawab. Akhirnya, ia mendapat balasannya. Ia mati tanpa ada yang tahu sebab pastinya. Lalu  raja pun gila dan meninggalkan istana.
Walau sempat mengutuk  utusan raja yang telah membohonginya, sang nelayan bersyukur. Meski tidak mendapat apa yang diinginkannya, ia masih hidup. Lalu, bagaimana nasib bunga itu? Bunga itu hilang dengan tiba-tiba.

Cerita ini ditulis kembali dengan memperhatikan aspek keterbacaan bagi siswa kelas 4 SD.

Sejauh mana pemahaman terhadap cerita itu? (Pertanyaan Pemahaman Berbasis PIRLS)

7 komentar: